Manchester – Pep Guardiola kini menghadirkan diri sebagai sosok yang berbeda dari sebelumnya. Jika dulu ia dikenal dengan formasi dan strategi yang cenderung tetap, kini sang manajer Manchester City lebih fleksibel dalam melakukan pergantian pemain dan formasi. Pergantian taktis tersebut menambah dimensi baru bagi strategi The Citizens di berbagai kompetisi, termasuk Liga Champions.
Dalam pertandingan melawan Brentford, Guardiola membuat keputusan menarik dengan memasukkan Josko Gvardiol dan Rodri di babak kedua, menggantikan Rico Lewis dan Mateo Kovacic. Pergantian ini dianggap sebagai langkah brilian untuk menjaga keseimbangan tim, terutama setelah cederanya Kevin De Bruyne. Alih-alih memainkan Ilkay Gundogan—yang sebelumnya sering menggantikan De Bruyne—Guardiola memilih Phil Foden sebagai pengisi peran penting tersebut. Keputusan ini mencerminkan perubahan filosofi Guardiola yang lebih dinamis.
Pep Guardiola sempat mendapatkan kritikan karena tidak memaksimalkan lima pergantian pemain yang diizinkan dalam sebuah pertandingan. Namun, sekarang ia telah mengubah pendekatannya, seringkali melakukan perubahan signifikan bahkan sejak paruh waktu.
“Saya dulu dikritik karena tidak menggunakan semua opsi pergantian, tetapi sekarang saya sudah mulai melakukan pergantian sejak babak pertama selesai,” ungkap Guardiola dengan senyum.
Pertanyaannya, apakah Guardiola sedang kebingungan menentukan skuad terbaik untuk Manchester City?
“Tentu saja tidak,” jawabnya tegas. “Kadang saya hanya tidak puas dengan bagaimana pertandingan berlangsung, dan saya tahu kami punya banyak opsi yang bisa diandalkan di bangku cadangan.”
Bagi Guardiola, fleksibilitas adalah kunci keberhasilan di level tertinggi. “Kami selalu bisa menemukan cara untuk mengatasi situasi di lapangan. Karena itu, saya butuh pemain yang bisa memberikan kontribusi unik dalam kondisi tertentu. Itu saja,” tutupnya.
Baca Juga : Manchester City Terancam Sanksi Berat: Dicoret dari Kompetisi ?