Dalam dunia sepak bola, pemain diaspora sering kali menghadapi tantangan yang berbeda ketika berkarier di luar negeri. Terlepas dari potensi dan kualitas yang dimiliki, kesempatan bermain di klub-klub Eropa tidak selalu berjalan mulus. Baru-baru ini, keputusan Rafael Struick untuk hijrah ke Brisbane Roar menyoroti fenomena ini. Pilihan tersebut tampaknya lebih menguntungkan pemain asal Indonesia ini untuk mendapatkan menit bermain, daripada bertahan di Ado Den Haag, di mana ia sebenarnya sudah menembus skuad muda dan diproyeksikan menjadi pemain utama. Keputusan ini menunjukkan bahwa mencari klub yang bisa memberikan kesempatan bermain lebih banyak mungkin menjadi langkah yang lebih strategis untuk pemain muda.
Rafael Struick bukan satu-satunya pemain yang harus mempertimbangkan perlunya menit bermain di klub. Masih banyak penggawa Timnas Indonesia lainnya yang tersebar di Eropa, seperti Nathan Tjoe-A-On, Marselino Ferdinan, dan Shayne Pattynama. Mari kita telaah lebih dalam bagaimana nasib mereka dalam hal mendapatkan kesempatan bermain.
BACA JUGA : Mees Hilgers dan Eliano Reijnders ke Kewarganegaraan Indonesia
Nathan Tjoe-A-On: Mempertahankan Posisi di Swansea City
Nathan Tjoe-A-On merupakan salah satu talenta Indonesia yang berkarier di Eropa, khususnya di Swansea City, Wales. Setelah menjalani musim lalu sebagai pemain pinjaman di SC Heerenveen, banyak yang berharap Nathan bisa mendapatkan waktu bermain yang lebih baik. Namun, meski staf pelatih Swansea memutuskan untuk mempertahankan Nathan, realitas di lapangan tidak mendukung harapannya. Musim 2024/2025 baru berjalan, tetapi menit bermainnya sangat minim — hanya dua menit di ajang Championship.